第2章 自然エネルギー政策と市場
2.4 国内の自然エネルギー市場
2.4.4 地熱エネルギー
Disain Penelitian
Penelitian ini dirancang sebagai penelitian survey bersifat explanatory,
yaitu penelitian yang ditujukan untuk memperoleh kejelasan tentang sesuatu yang terjadi di masyarakat, dimana menyoroti hubungan antara variabel-variabel penelitian dan menguji hipotesa yang telah dirumuskan (Singarimbun & Effendy, 1987). Dalam hal ini, variabel-variabel yang diukur dapat dilihat pada Gambar 5.
.
Intensitas Interaksi Sosial (Y1):
Y1.1. Jarak Sosial Y1.2. Integrasi Sosial Y1.3. Tingkatan Sosial
Keefektivan Komunikasi (Y2): Y2.1. Persepsi petani terhadap
peran kelembagaan Y2.2. Sikap petani terhadap
peran kelembagaan Y2.3. Tindakan petani
terhadap peran kelembagaan Karakteristik Petani (X1): X1.1. Umur X1.2. Tingkat Pendidikan X1.3. Status Keanggotaan X1.4. Luas Lahan X1.5. Status Lahan X1.6. Pengalaman
X1.7. Jumlah Anggota Keluarga X1.8. Pendapatan
Gambar 5 Disain Penelitian.
Proses komunikasi dalam pengembangan peran kelembagaan agropolitan meliputi tiga dimensi: pendekatan, metode dan frekwensi (X2):
X2.1.Kinerja Peran Pokja Pusat
X2.1.1. Penyusunan program X2.1.2. Pelaksanaan program X2.1.3. Evaluasi program
X2.2. Kinerja Peran Pokja Daerah
X2.2.1. Sosialisasi X2.2.2. Pembuatan Juknis X2.2.3. Koordinasi X2.2.4. Pemecahan masalah X2.2.5. Pertukaran informasi X2.2.6. Pembuatan laporan
X2.3. Kinerja Peran Korlap
X2.3.1. Sosialisasi
X2.3.2. Penyusunan program X2.3.3. Pemecahan masalah X2.3.4. Pertukaran informasi
X2.4. Kinerja Peran Pelaku Bisnis
X2.4.1. Kesepakatan harga X2.4.2. Sistem pembayaran X2.4.3. Jangka pembayaran
X2.5. Kinerja Peran Kelompok Tani
X2.5.1. Interaksi kelompok X2.5.2. Penyebaran informasi
X2.6. Kinerja Peran Sarana Packing House (PH)
X2.6.1. Fungsi sarana X2.6.2. Pemanfaatan oleh petani
X2.7.Kinerja Peran Sarana Sub Terminal Agribisnis (STA)
X2.7.1. Fungsi prasarana X2.7.2. Pemanfaatan oleh petani
Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada dua kecamatan yaitu Kecamatan Pacet dan Kecamatan Cugenang. Pada Kecamatan Pacet dilakukan di Desa Sukatani dan Desa Cipendawa, sedangkan Kecamatan Cugenang dilakukan di Desa Sukamulya. Penentuan lokasi dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut merupakan salah satu daerah rintisan dari 8 kawasan
agropolitan di Indonesia dan sebagai pusat agribisnis dan pariwisata andalan Jawa Barat di era Otonomi Daerah.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah petani hortikultura. Adanya indikasi petani tidak homogen yang dilihat dari status penguasaan lahan, maka pengambilan
sampel menggunakan Acak Distratifikasi (Stratified Random Sampling) dengan
menggunakan strata status penguasaan lahan. Pengambilan sampel dilakukan pada dua tempat di Kabupaten Cianjur yaitu Kecamatan Pacet sebagai Desa Pusat
Pertumbuhan (DPP) agropolitan dan Kecamatan Cugenang sebagai hinterland-
nya.
Sampel penelitian di Kecamatan Pacet diambil dari 2 desa yaitu Desa Sukatani sebagai Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) dan Desa Cipendawa merupakan desa yang terdekat dengan DPP. Untuk Kecamatan Cugenang diambil dari Desa Sukamulya. Pada sampel penelitian ini dibagi menjadi dua strata yaitu strata I adalah petani pemilik dan strata II adalah petani penggarap. Jumlah sampel yang diamati adalah 120 orang, secara rinci disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Sebaran jumlah sampel penelitian berdasarkan status penguasaan lahan di Kecamatan Pacet dan Cugenang, 2007
No Nama Desa Strata Jumlah populasi
(orang) Persentase (%) Jumlah sampel (orang) 1. Sukatani I II 40 40 50 50 20 20 2. Cipendawa I II 40 60 40 60 20 20 3. Sukamulya I II 60 40 60 40 20 20 Jumlah 280 43 120
Jumlah sampel pada masing-masing lapisan, diambil sebanyak 40 orang dari masing-masing desa yang terdiri dari 20 orang petani pemilik dan 20 orang petani penggarap.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data dan informasi yang diperlukan menggunakan dua teknik yaitu: 1) Pengambilan data dengan wawancara langsung kepada responden tentang segala hal yang berkaitan dengan masalah penelitian, 2) Mencatat data yang telah ada pada Dinas/Instansi yang terkait dengan masalah penelitian.
Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder, yaitu:
1. Data primer
Data primer diperoleh langsung dari responden dengan wawancara
menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah disiapkan.
Selanjutnya, wawancara terhadap informan kunci (Key informan) dari pihak
lembaga yang terkait dan wakil petani melalui wawancara mendalam (Indepth Interview), tentang proses komunikasi yang dilakukan dalam pengembangan kawasan agropolitan.
2. Data sekunder
Data sekunder digunakan sebagai data pendukung yang diperoleh dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Tk.I, Pemerintah Daerah Tk.II, Kantor Camat, Kantor Kepala Desa serta dinas/instansi terkait. Data pendukung berupa pedoman umum pengembangan kawasan agropolitan, laporan pengkajian kawasan agropolitan, laporan kegiatan agropolitan, master plan kawasan agropolitan, analisis lokasi pengembangan kawasan agropolitan, leaflet pengembangan kawasan agropolitan, profil kecamatan dan potensi desa.
Instrumentasi
Penelitian ini menggunakan dua jenis instrumen yaitu kuesioner dan pedoman wawancara. Adapun instrumen yang digunakan berupa daftar pertanyaan tertutup dan terbuka, yaitu:
1. Data karakteristik petani yang meliputi: umur, tingkat pendidikan, status keanggotaan kelompok, luas lahan, status lahan, pengalaman, jumlah anggota keluarga dan pendapatan
2. Data proses komunikasi dalam pengembangan peran kelembagaan agropolitan yang diukur dari pendekatan, metode dan frekuensi, terdiri dari:
- Data kinerja peran kelompok kerja pusat yang meliputi kegiatan: penyusunan program, pelaksanaan program dan evaluasi program.
- Data kinerja peran kelompok kerja daerah yang meliputi kegiatan: sosialisasi, pembuatan juknis, koordinasi, pemecahan masalah, pertukaran informasi, serta pembuatan laporan.
- Data kinerja peran tim pemandu dan koordinator lapangan meliputi kegiatan: sosialisasi, penyusunan program, pemecahan masalah dan pertukaran informasi.
- Data kinerja peran pelaku bisnis yaitu pedagang pengumpul yang meliputi: kesepakatan harga, jumlah produk dan sistem pembayaran.
- Data kinerja peran kelompok tani yang meliputi: interaksi kelompok dan penyebaran informasi.
- Data kinerja peran kelembagaan packing house yang meliputi: fungsi dan
pemanfaatan packing house oleh petani.
- Data kinerja peran kelembagaan STA yang meliputi: fungsi dan
pemanfaatan STA oleh petani.
3. Data intensitas interaksi sosial petani meliputi jarak sosial, integrasi sosial dan tingkatan sosial.
4. Data keefektivan komunikasi dilihat dari persepsi, sikap dan tindakan petani terhadap peran-peran kelembagaan agropolitan.
Definisi Operasional
Untuk mempermudah pemahaman terhadap istilah-istilah dalam penelitian berikut ini didefinisikan beberapa peubah yang digunakan yaitu:
X1. Karakteristik individu adalah ciri-ciri yang melekat pada pribadi responden
yang meliputi umur, tingkat pendidikan, status keanggotaan dalam kelompok, luas lahan, status lahan, pengalaman berusahatani, jumlah anggota keluarga dan pendapatan. Untuk menterjemahkan data seluruh variabel maka digunakan analisis distribusi frekuensi, yaitu:
X1.1. Umur adalah lamanya tahun hidup (usia) responden pada saat
dilakukan penelitian. Kategori umur dalam penelitian ini adalah:
muda (≤37 tahun), dewasa (37-57 tahun) dan tua (>57 tahun).
X1.2. Tingkat pendidikan adalah banyaknya jenjang responden
menyelesaikan sekolah formal tertinggi. Kategori tingkat pendidikan dalam penelitian ini adalah rendah (tidak tamat SD s.d tamat SD), Sedang (tidak tamat SMP s.d tamat SMP) dan Tinggi (tidak tamat SMA s.d Perguruan Tinggi).
X1.3. Status keanggotaan dalam kelompok adalah kedudukan petani dalam
perkumpulan petani yang dikategorikan dalam anggota kelompok tani dan bukan anggota kelompok tani.
X1.4. Luas lahan adalah satuan (ha) tanah pertanian yang digunakan dalam
melakukan budidaya. Diukur dengan menggunakan skala rasio, yang
dikategorikan dalam kecil (≤0,25 ha), sedang (0,25-0,5 ha) dan luas
(>0,5 ha).
X1.5. Status lahan adalah suatu bentuk penguasaan tanah pertanian untuk
usahatani yang diusahakan. Diukur dengan skala nominal, dengan kategori pemilik atau penggarap.
X1.6. Pengalaman usahatani adalah lamanya (tahun) responden melakukan
kegiatan budidaya pertanian. Diukur dalam skala rasio kemudian
dikategorikan dalam skala ordinal yaitu rendah (≤13 tahun), sedang
(14-33 tahun) dan tinggi (>34 tahun).
X1.7. Jumlah anggota keluarga adalah semua orang yang mendiami satu
rumah (tempat tinggal) yang menjadi tanggungan responden. Diukur dalam skala rasio kemudian dikategorikan dalam skala ordinal yaitu
rendah (≤3 orang), sedang (4-6 orang) dan tinggi ( >6 orang).
X1.8. Pendapatan adalah banyaknya penghasilan yang diperoleh responden
dari budidaya dalam satu kali musim tanam yang dinyatakan dalam
rupiah. Kategori pendapatan dalam penelitian ini adalah rendah
(≤Rp.13.695.275,-/ha/th, sedang (Rp. 13.695.275,-/ha/th s.d. Rp.
X2.Proses komunikasi dalam pengembangan peran-peran kelembagaan
agropolitan adalah cara penyampaian informasi di antara petani dengan pihak lain terkait dengan pengelolaan agropolitan dan memperhatikan kedudukan lembaga dalam menjalankan hak dan kewajibannya untuk mengembangkan kawasan agropolitan. Proses komunikasi meliputi:
a. Pendekatan adalah cara yang dilakukan lembaga pada petani dalam menyampaikan materi yang dikategorikan dalam pasif (pendekatan yang dilakukan oleh masyarakat ke lembaga agropolitan ditandai dengan tingginya motivasi/inisiatif sendiri), linier (pendekatan yang dilakukan oleh lembaga agropolitan ke masyarakat ditandai dengan rendahnya motivasi dan partisipasi) dan interaktif (pendekatan yang dilakukan bersama-sama oleh lembaga agropolitan dan masyarakat yang ditandai tingginya motivasi dan partisipasi serta adanya kesadaran pada diri petani). b. Metode adalah cara dalam menyampaikan materi yang meliputi penggunaan
jumlah jenis metode. Dikategorikan dalam salah satu dari metode ceramah, demonstrasi dan folder, dua metode dari metode ceramah, demonstrasi dan folder dan gabungan dari semua metode tersebut.
c. Frekuensi adalah banyaknya pertemuan dalam kegiatan agropolitan, meliputi tidak pernah dilakukan, jarang (sebulan sekali sampai lebih dari sebulan) dan sering (kurang dari sebulan).
Proses komunikasi yang meliputi tiga variabel di atas dilihat peran kelembagaannya melalui kinerja peran pokja pusat, kinerja peran pokja daerah, kinerja peran korlap, kinerja peran pelaku bisnis, kinerja peran kelompok tani, kinerja peran kelembagaan sarana dan kinerja peran kelembagaan prasarana.
X2.1. Kinerja peran kelompok kerja pusat merupakan lembaga yang
merencanakan dan menyusun kegiatan agropolitan di tingkat pusat. Adapun kinerja peran pokja pusat dapat dilihat sebagai berikut:
X2.1.1. Penyusunan program adalah upaya membuat rencana kegiatan
agropolitan. Variabel yang diukur meliputi pendekatan pertemuan dalam penyusunan program, metode pertemuan dalam penyusunan program dan frekwensi pertemuan dalam
penyusunan program. Selain itu, variabel yang diukur meliputi pendekatan keterlibatan tim dalam penyusunan program, metode keterlibatan tim dalam penyusunan program dan frekwensi keterlibatan tim dalam penyusunan program, juga pendekatan keterlibatan petani dalam penyusunan program, metode keterlibatan petani dalam penyusunan program dan frekwensi keterlibatan petani dalam penyusunan program.
X2.1.2. Pelaksanaan program adalah upaya melakukan kegiatan
agropolitan berupa pelatihan, pembangunan sarana dan prasarana. Variabel yang diukur meliputi pendekatan pelaksanaan program, metode pelaksanaan program dan frekwensi pelaksanaan program serta pendekatan pemecahan masalah dalam pelaksanaan program, metode pemecahan masalah dalam pelaksanaan program dan frekwensi pemecahan masalah dalam pelaksanaan program.
X2.1.3. Evaluasi program adalah kegiatan pengawasan dan penilaian
terhadap pelaksanaan kegiatan agropolitan. Variabel yang diukur meliputi pendekatan evaluasi program, metode evaluasi program dan frekwensi evaluasi program.
X2.2. Kinerja peran kelompok kerja daerah merupakan lembaga yang
merencanakan dan menyusun kegiatan agropolitan di tingkat daerah. Adapun kinerja peran Pokja daerah dapat dilihat sebagai berikut:
X2.2.1. Sosialisasi adalah kegiatan penyampaian informasi kepada tim
pemandu dan korlap serta petani setempat tentang pelaksanaan kegiatan agropolitan agar memiliki pengertian yang sama. Variabel yang diukur dilihat dari pendekatan pertemuan kelompok, metode pertemuan kelompok dan frekwensi pertemuan kelompok.
X2.2.2. Pembuatan juknis adalah kegiatan menyusun perencanaan
program berupa petunjuk dan teknis pelaksanaan program agropolitan yang diukur dari pendekatan keterlibatan petani, metode keterlibatan petani dan frekwensi keterlibatan petani.
X2.2.3. Koordinasi adalah kegiatan komunikasi yang dimaksudkan
untuk tujuan pemantauan pelaksanaan kegiatan agropolitan yang meliputi pendekatan pemantauan, metode pemantauan dan frekwensi pemantauan.
X2.2.4. Pemecahan masalah adalah kegiatan upaya bersama petani
dalam mengatasi kesulitan dalam kegiatan agropolitan dan usahatani, meliputi pendekatan dalam diskusi, metode dalam diskusi dan frekwensi dalam diskusi.
X2.2.5. Pertukaran informasi adalah proses komunikasi dalam
pelaksanaan kegiatan agropolitan yang terdiri dari sosialisasi dan diskusi, yang meliputi pendekatan pertukaran informasi, metode pendekatan informasi dan frekwensi pertukaran informasi.
X2.2.6. Pembuatan laporan adalah kegiatan penulisan dokumentasi
tentang program yang telah dilaksanakan, yang diukur melalui pendekatan kerjasama dalam tim, metode kerjasama dalam tim dan frekwensi kerjasama dalam tim.
X2.3. Kinerja peran tim pemandu dan koordinator lapangan (Korlap)
merupakan kelompok yang melaksanakan kegiatan agropolitan kepada petani di lapangan melalui kegiatan penyuluhan. Adapun kinerja peran korlap dapat dilihat sebagai berikut:
X2.3.1. Sosialisasi adalah kegiatan penyampaian informasi kepada petani
tentang visi dan misi pelaksanaan kegiatan agropolitan agar petani mengerti dan maun berpartisipasi. Variabel yang diukur adalah pendekatan pertemuan kelompok, metode pertemuan kelompok dan frekwensi pertemuan kelompok.
X2.3.2. Penyusunan program adalah kegiatan pembuatan rencana kegiatan
agropolitan yang akan dilaksanakan, meliputi pendekatan dalam kerjasama tim, metode dalam kerjasama tim, frekwensi dalam kerjasama tim dan pendekatan keterlibatan petani, metode keterlibatan petani dan frekwensi keterlibatan petani.
X2.3.3. Pemecahan masalah adalah upaya membantu petani dalam
mengatasi kesulitan dalam kegiatan usahatani. Adapun variabel yang diukur adalah pendekatan dalam diskusi, metode dalam diskusi dan frekwensi dalam diskusi.
X2.3.4. Pertukaran informasi adalah proses komunikasi yang bertujuan
untuk melakukan evaluasi kegiatan, yang meliputi: pendekatan dalam penyebaran informasi, metode dalam penyebaran informasi, frekwensi dalam penyebaran informasi serta pendekatan dalam menerima informasi, metode dalam menerima informasi, frekwensi dalam menerima informasi.
X2.4. Proses komunikasi kinerja peran pelaku bisnis yaitu pedagang
pengumpul/tengkulak merupakan bagian dari rantai tataniaga yang berperan dalam memasarkan hasil usahatani petani. Adapun variabel yang diukur meliputi:
X2.4.1. Kesepakatan harga adalah perjanjian yang dilakukan antara
pedagang pengumpul dengan petani tentang harga yang disepakati dan berlaku di pasaran. Variabel diukur dari pendekatan kesepakatan harga, metode kesepakatan harga dan frekwensi kesepakatan harga.
X2.4.2. Sistem pembayaran adalah proses transaksi yang dilakukan antara
petani dan pedagang pengumpul setelah hasil usahatani dipasarkan. Variabel yang diukur adalah pendekatan pembayaran, metode pembayaran dan frekwensi pembayaran hasil usahatani.
X2.4.3. Jangka waktu pembayaran adalah lamanya pembayaran dari hasil
usahatani yang telah dipasarkan oleh pedagang pengumpul kepada petani sesuai kesepakatan. Variabel yang diukur adalah pendekatan terhadap jangka pembayaran, metode terhadap jangka pembayaran dan frekwensi terhadap jangka pembayaran hasil usahatani.
X2.5. Proses komunikasi kinerja peran kelompok tani yaitu suatu wadah tempat
berkumpulnya petani untuk bertukar pikiran dan informasi. Adapun variabel yang diukur meliputi:
X2.5.1. Interaksi kelompok adalah hubungan komunikasi yang terjalin
antara sesama anggota kelompok tani. Variabel yang diukur adalah pendekatan terhadap pertemuan, metode terhadap pertemuan dan frekwensi terhadap pertemuan serta pendekatan kerjasama, metode kerjasama dan frekwensi kerjasama.
X2.5.2. Penyebaran informasi adalah proses sampainya informasi kepada
anggota sesama kelompok. Variabel yang diukur adalah pendekatan penyebaran informasi, metode penyebaran informasi dan frekwensi penyebaran informasi.
X2.6. Proses komunikasi kinerja peran sarana dan prasarana packing house
yaitu bangunan yang telah dibangun dalam kegiatan agropolitan dan tujuannya dapat dipergunakan petani sebagai tempat untuk kegiatan
agroprosesing. Adapun variabel yang diukur meliputi:
X2.6.1. Fungsi sarana dan prasarana adalah peran pengelola dalam
mensosialisasikan packing house yang telah dibangun bagi petani
dalam kegiatan agropolitan. Variabel yang diukur adalah
pendekatan terhadap fungsi packing house, metode terhadap
fungsi packing house serta frekwensi terhadap fungsi packing
house.
X2.6.2. Pemanfaatan sarana dan prasarana adalah kegunaan bangunan
yang telah dibangun bagi petani dalam kegiatan agropolitan. Variabel yang diukur adalah pendekatan terhadap pemanfaatan
packing house, metode terhadap pemanfaatan packing house
serta frekwensi terhadap pemanfaatan packing house.
X2.7. Proses komunikasi kinerja peran kelembagaan sarana dan prasarana Sub
Terminal Agribisnis (STA) yaitu bangunan yang telah dibangun dalam kegiatan agropolitan dan tujuannya dapat dipergunakan petani sebagai tempat untuk memasarkan hasil usahatani petani. Adapun variabel yang diukur meliputi:
X2.7.1. Fungsi sarana dan prasarana adalah peran pengelola dalam
mensosialisasikan STA yang telah dibangun bagi petani dalam pemasaran hasil isahatani pada kegiatan agropolitan. Variabel yang diukur adalah pendekatan terhadap fungsi terhadap STA, metode terhadap STA serta frekwensi terhadap STA.
X2.7.2. Pemanfaatan prasarana adalah kegunaan bangunan yang telah
dibangun bagi petani untuk pemasaran dalam kegiatan agropolitan. Variabel yang diukur adalah pendekatan terhadap pemanfaatan STA, metode terhadap pemanfaatan STA serta frekwensi terhadap pemanfaatan STA.
Y.1. Intensitas interaksi sosial adalah frekuensi proses penyampaian dan
penerimaan informasi antara petani dan lembaga agropolitan dalam pelaksanaan kegiatan agropolitan. Intensitas interaksi sosial dapat dilihat melalui:
Y.1.1. Jarak sosial adalah hubungan (kedekatan) antara lembaga agropolitan
dan petani. Variabel yang diukur adalah adanya diskusi, kerjasama dan perhatian terhadap kebutuhan petani yang dikategorikan dalam skala ordinal yaitu dekat, sedang dan jauh.
Y.1.2. Integrasi sosial adalah keselarasan (kesamaan) kepentingan antara
lembaga agropolitan dan petani. Variabel yang diukur adalah adanya diskusi, pandangan terhadap tujuan dan keterpaduan kegiatan, yang dikategorikan dalam skala ordinal yaitu tidak selaras, kurang selaras dan selaras.
Y.1.3. Tingkatan sosial adalah perasaan yang membedakan kedudukan
seseorang dalam lembaga agropolitan dan hubungannya dengan petani. Variabel yang diukur adalah kemauan berpartisipatif, kedudukan seperti atasan dan bawahan serta kedudukan sebagai mitra, yang dikategorikan dalam skala ordinal yaitu rendah, sedang dan tinggi.
Y.2. Keefektivan komunikasi adalah tingkat penerimaan petani terhadap materi
Y.2.1. Persepsi petani adalah tanggapan mengenai proses komunikasi yang
dilakukan oleh lembaga agropolitan dalam menjalankan peran masing-masing lembaga, yang dilihat dari variabel-variabel : pemahaman terhadap kegiatan agropolitan dan manfaat yang dirasakan yang dikategorikan dalam skala ordinal yaitu tidak tepat, kurang tepat dan tepat.
Y.2.2. Sikap petani adalah tingkat persuasif yang dirasakan oleh petani
dalam melakukan kegiatan agropolitan. Variabel yang diukur terdiri dari ketertarikan pada kegiatan agropolitan dan kemauan mengikuti pertemuan dalam kegiatan agropolitan yang dilaksanakan, dikategorikan dalam skala ordinal yaitu tidak tertarik, kurang tertarik dan sangat tertarik.
Y.2.3. Tindakan petani adalah tingkat kesadaran dan kemampuan petani
dalam ikut melakukan kegiatan agropolitan. Variabel yang diukur terdiri dari partisipasi dalam kegiatan agropolitan yang dikategorikan dalam skala ordinal yaitu tidak berpartisipsi, kurang berpartisipasi dan berpartisipasi.
Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Singarimbun dan Effendi (1987), tingkat reliabilitas (reliability) dan
validitas (validity) menunjukkan mutu seluruh proses pengumpulan data dalam
suatu penelitian, mulai dari penjabaran konsep-konsep sampai pada saat data siap untuk dianalisa. Agar diperoleh validitas instrumen, daftar pertanyaan disusun dengan cara sebagai berikut:
7. Menyesuaikan isi pertanyaan dengan keadaan responden
8. Menyesuaikan dengan apa yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu untuk
memperoleh data yang sama.
9. Mempertimbangkan teori dan kenyataan yang telah diungkapkan para ahli dari
berbagai pustaka.
10.Mempertimbangkan nasihat-nasihat para ahli dan dosen pembimbing.
Untuk menentukan reliabilitas instrumen, terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen pada lokasi dan responden yang memiliki karakteristik relatif sama dengan karakteristik obyek penelitian. Lalu dihitung tingkat reliabilitasnya
dengan menggunakan Cronbach Alpha dengan pengukuran hanya satu kali. Metode ini digunakan untuk kuisioner yang memiliki lebih banyak pilihan jawaban serta bukan merupakan skor 1 dan 0, melainkan dalam bentuk kategori
dan uraian (Arikunto, 1998). Adapun rumus Cronbach Alpha tersebut adalah:
⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ − =
∑
t i S S k k r 1 1 11 Keterangan : r11 = Nilai ReliabilitasΣSi = Jumlah varians skor tiap-tiap item
St = Varians total
Nilai r11 yangdiperoleh dibandingkan dengan nilai koefisien r dari tabel
korelasi. Bila r11 > rtabel maka instrumen dinyatakan reliabel dan bila r11 < rtabel
maka perlu ada perbaikan atau dilakukan uji ulang terhadap pertanyaan tersebut. Uji reliabilitas dilakukan di Desa Sindang Jaya Kecamatan Cipanas karena merupakan sama-sama Daerah Pusat Pertumbuhan selain Desa Sukatani. Hasil uji coba instrumen yang dilakukan terhadap 15 orang responden maka di dapat nilai reliabilitas yang disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Nilai uji reliabilitas di Desa Sindang Jaya Kecamatan Cipanas, 2007
No. Variabel Nilai (r)
1. Proses komunikasi dalam pengembangan
peran-peran kelembagaan agropolitan
0,642
2. Intensitas interaksi sosial 0,641
3. Keefektivan komunikasi 0,646
4. Semua Variabel (gabungan) 0,650
Nilai-nilai reliabilitas tersebut (nilai r) dari setiap indikator di dalam setiap
variabel kemudian dibandingkan dengan nilai rtabel untuk (n) = 15 dengan taraf 5
persen adalah 0,532. Dari hasil perbandingan, nilai-nilai reliabilitas dan nilai r
setiap indikator lebih besar dari rtabel (0,532). Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa kuesioner sahih dan andal.
Analisis Data
Pengolahan dan analisa data dilakukan dengan analisis statistik deskriftif (rataan, simpangan baku untuk data skala rasio), distribusi frekuensi, persentase,
Korelasi Rank Spearman dan analisa Kuantifikasi Hayashi II. Dengan analisis ini, dapat dilihat sebaran masing-masing kategori dari keadaan variabel yang diamati.
Korelasi Rank Spearman digunakan untuk mengetahui ada dan tidaknya
hubungan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat yang berskala ordinal (nonparametrik). Korelasi dapat menghasilkan angka positif (+) atau negatif (-). Jika korelasi menghasilkan angka positif, hubungan kedua variabel bersifat searah. Searah mempunyai makna jika variabel bebas besar, maka variabel terikatnya juga besar, begitu sebaliknya (Sarwono, 2006). Adapun rumus
Korelasi Rank Spearman yang digunakan adalah:
rs = 1 - ) 1 ( 6 2 1 2 −
∑
= n n di n i Keterangan:rs = Koefisien korelasi Rank Spearman
di = Selisih antara peringkat bagi xi dan Yi,
n = Banyaknya pasangan data.
Prinsip dasar dan tujuan dari Analisis Kuantifikasi Hayashi II (Saefulhakim, 1994) adalah mirip dengan Analisis Fungsi Diskriminan, yakni menduga parameter koefisien keterkaitan antara variabel-variabel penjelas (explanatory variabels) dengan satu variabel tujuan tertentu yang bersifat
pengelompokkan (grouping variabel). Selanjutnya, hasil uji nyata terhadap nilai
penduga parameter koefisien keterkaitan ini menunjukkan variabel-variabel
penjelas mana saja yang paling nyata (significant) kaitannya dengan variabel
pengelompokkan tersebut. Analisis di atas digunakan untuk mengetahui faktor- faktor yang berkaitan erat dengan keefektivan komunikasi petani.
Format dasar untuk Analisis Kuantifikasi Hayashi II dapat diilustrasikan seperti pada tabel di bawah ini. Tabel ilustratif ini menyajikan data dengan karakteristik sebagai berikut:
2. Ada 3 buah kelompok, di mana masing-masing kelompok ke-g terdapat ng
buah sampel (1: rendah, 2: sedang, 3: Tinggi)
3. Ada 2 buah variabel penjelas (X1: Karakteristik responden, X2: proses
komunikasi yang terdiri dari X2.1. Kinerja peran pokja pusat, X2.1. Kinerja
peran pokja daerah, X2.3. Kinerja peran korlap, X2.4. Kinerja peran pelaku
bisnis, X2.5. Kinerja peran kelompok tani, X2.6. Kinerja peran sarana Packing
House, X2.7. Kinerja peran sarana Sub Terminal Agribisnis)
4. Masing-masing variabel penjelas diukur dalam data yang bersifat kategorikal
(nominal atau ordinal). Untuk variabel penjelas X1 yaitu karakteristik