メニューの説明

In document SC-T7250D/SC-T5250D/SC-T7250/SC-T5250/SC-T3250 (Page 131-137)

Produksi bersih merupakan strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat pencegahan dan terpadu yang diterapkan secara terus menerus pada proses produksi, produk dan jasa untuk meminimalkan terjadinya resiko terhadap manusia dan lingkungan (UNEP, 2003). Penerapan Produksi Bersih dalam industri dapat dilakukan menurut proses yang berjalan, mulai dari proses produksi, menghasilkan produk sampai dengan konsumen. Produksi bersih juga sebagai suatu upaya positif yang layak dipertimbangkan oleh industri karena disamping mengurangi beban pencemaran terhadap lingkungan, juga dapat meningkatkan pendapatan perusahaan.

Minimalisasi limbah untuk mengurangi beban pencemaran lingkungan dapat dilakukan dengan meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku dan energi. Dengan minimumnya limbah yang terbentuk, maka biaya yang dikeluarkan untuk menangani (treatment) limbah dapat dikurangi, dan ini sama artinya sebagai keuntungan (saving) bagi perusahaan.

i M m m masukan massa Jumlah berguna produk Jumlah C = = 1+ 2

Gambar 2. Teknik Produksi Bersih

1. Alternatif dalam Penerapan Produksi Bersih

Menurut USAID (1997), Penerapan Produksi Bersih merupakan suatu pendekatan yang mengarah pada peningkatan efisiensi proses produksi, pengunaan teknik-teknik daur ulang dan pakai ulang, kemungkinan substitusi bahan baku dengan lebih ekonomis dan tidak berbahaya, serta perbaikan atau meningkatkan sistem operasi dan prosedur kerja.

1.1. Penerapan Produksi Bersih a. Proses

Produksi bersih mencakup upaya peningkatan efisiensi dan efektifitas dalam pemakaian bahan baku, energi dan sumberdaya lainnya serta mengganti atau mengurangi bahan berbahaya dan beracun, sehingga mengurangi jumlah dan toksisitas seluruh limbah dan emisi yang dikeluarkan sebelum meninggalkan proses.

b. Produk

Produksi bersih memfokuskan pada upaya pengurangan dampak dikeseluruhan daur hidup produk, mulai dari ekstraksi bahan baku sampai pembuangan akhir setelah produk tidak digunakan.

c. Jasa

Produksi bersih menitik-beratkan pada upaya penggunaan proses 3R (Recovery, Reuse dan Recycle) diseluruh kegiatannya, mulai dari pengunaan bahan baku sampai ke pembuangan akhir.

1.2. Strategi dalam Penerapan Produksi Bersih a. Substitusi bahan baku

Bahan baku merupakan hal penting yang harus disediakan dalam kegiatan produksi. Saat bahan baku habis, kegiatan industri terhambat. Penerapan Produksi Bersih dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan mengganti atau mensubstitusi bahan baku yang sejenis sehingga menghasilkan produk yang sama.

b. Proses kontrol yang baik

Sistem kontrol yang baik di setiap proses produksi akan menghasilkan produk yang optimal dan dapat meminimumkan limbah yang dihasilkan. Pengontrolan dimulai dari bahan baku masuk sampai diperoleh produk akhir. Sistem kontrol yang baik akan menguntungkan untuk pihak perusahaan.

c. Modifikasi peralatan

Produk yang optimal dihasilkan dengan menekan biaya produksi dan mengurangi limbah. Tindakan yang perlu dilakukan adalah modifikasi atau mengganti peralatan. Mengganti atau modifikasi peralatan memerlukan dana yang besar, tetapi keuntungan yang diperoleh juga besar bagi perusahaan yang bersangkutan, karena dapat menghasilkan output yang optimal, waktu proses cepat dan ramah lingkungan.

d. Memproduksi hasil samping yng dapat digunakan

Setiap kegiatan produksi menghasilkan produk utama dan produk samping. Produk samping ada yang dimanfaatkan dan ada yang tidak. Produk samping yang baik, dapat dimanfaatkan untuk proses lain atau untuk kebutuhan industri lain. Secara ekonomis, produk samping dapat mendatangkan benefit bagi perusahaan.

e. Reuse (menggunakan kembali)

Reuse merupakan salah satu cara untuk meminimumkan limbah yang keluar. Sebagian besar industri sudah menerapkan sistem reuse dan hasilnya sangat menguntungkan bagi perusahaan.

f. Modifikasi produk

Melakukan modifikasi produk harus memperhatikan beberapa hal yaitu cara menghilangkan bahan toksik atau beracun dari komponen produk, cara menggunakan bahan-bahan yang bersifat biodegradable dan meningkatkan umur simpan produk.

2. Kendala Penerapan Produksi Bersih 2.1. Kendala Ekonomi

Kendala ekonomi terjadi apabila kalangan usaha tidak merasa mendapat keuntungan dalam penerapan produksi bersih. Sekecil apapun konsepnya, apabila tidak menguntungkan bagi perusahaan, maka akan menyulitkan pihak manajemen untuk menerapkan konsep tersebut. Hambatan yang sering terjadi, antara lain : besarnya biaya tambahan peralatan dan modal atau investasi dibandingkan dengan kontrol pencemaran secara konvensional sekaligus penerapan produksi bersih

2.2. Kendala Teknologi

Kendala teknologi sering terjadi disebabkan kurangnya penyebaran informasi mengenai konsep produksi bersih, adanya kemungkinan pendekatan sistem baru yang tidak sesuai, dan tidak memungkinkannya tambahan peralatan, serta terbatasnya ruang kerja atau produksi.

2.3. Kendala Sumber Daya Manusia

Kendala sumber daya manusia dipengaruhi oleh kurangnya dukungan dari pihak manajemen puncak, keengganan untuk berubah baik secara individu maupun organisasi, lemah komunikasi intern tentang proses produksi yang baik, pelaksanaan manajemen organisasi perusahaan yang kurang fleksibel, birokrasi yang sulit, terutama dalam pengumpulan data primer, dan kurangnya dokumentasi dan penyebaran informasi.

3. Penilaian Produksi Bersih suatu Perusahaan

Banyak organisasi yang mengeluarkan manual metodologi penilaian produksi bersih dengan berbagai macam keragaman dan kelengkapannya, namun dari manual-manual tersebut pada dasarnya mempunyai prinsip yang sama yaitu memusatkan pada ulasan suatu perusahaan mengenai proses produksinya, mengidentifikasi pemakaian sumberdaya, mengurangi bahan-bahan beracun dan munculnya limbah.

Penilaian produksi bersih yang baik akan mencakup hal-hal sebagai berikut : 1. Menyajikan semua informasi yang tersedia pada unit operasi, bahan baku,

produk, air dan penggunaan energi.

2. Menjelaskan sumber, kuantitas dan jenis limbah yang timbul.

3. Mengidentifikasi dimana terjadi proses inefisiensi dan wilayah yang terdapat salah manajemen.

4. Mengidentifikasi ektifitas kerusakan lingkungan.

5. Mengidentifikasi dimana opsi produksi bersih dapat diterapkan dan menghitung jumlah biaya dan manfaat dari implementasi opsi tersebut.

6. Menentukan prioritas opsi produksi bersih yang telah diidentifikasi. Prioritas diukur dari biaya yang rendah atau tidak memerlukan biaya dan yang memberikan pay back periods pendek.

Secara skematis metodologi penilaian yang dikeluarkan UNEP (2003) dapat ditampilkan sebagai berikut :

4. Metode Quick Scan

Metode Quick Scan terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap pendugaan awal, tahap analisis melalui neraca bahan dan tahap sistesis atau implementasi. Secara umum dapat dilihat pada Gambar 4.

In document SC-T7250D/SC-T5250D/SC-T7250/SC-T5250/SC-T3250 (Page 131-137)