• 検索結果がありません。

Makalah Someya Sensei Seminar Unas 28 Sept 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

シェア "Makalah Someya Sensei Seminar Unas 28 Sept 2012"

Copied!
6
0
0

読み込み中.... (全文を見る)

全文

(1)

Jepang: dari negara berlimpah ke negara yang kekurangan

Prof. Dr. Yoshimichi Someya

Prof. Emeritus Shizuoka University, Jepang someya-y@po2.across.or.jp

Sesungguhnya Jepang terdiri dari pulau-pulau yang dilimpahi banyak sumber daya alam, baik dari pergunungan,darat, sungai, maupun laut. Tetapi setelah di-perabadaban-kan sejak 140 tahun yang lalu, negara ini menjadi miskin. Aneh! Ada apa gerangan dengan negeri ini? Negara ini berubah dari negara pertanian ke negara industri. Setelah perubahan ini orang Jepang mempercayai bahwa industri menjamin kebahagiaan mereka. Kepercayaan ini masih terus dipertahankan. Tetapi kalau kita mengamati kenyataan ini secara teliti, kita mengetahui bahwa peradaban yang berdasarkan pada industri belum tentu membawa manusia kepada kebahagiaan. Bahkan boleh dikatakan membawa mereka pada kekurangan.

Di ceramah ini saya menanyakan dan mendiskusikan apakah orang Jepang pada masa kini betul- betul bahagia ? Sering dikatakan Jepang itu negara kaya, maka semestinya orang Jepang bahagia. Tetapi kalau kita mengamati keadaannya kita baru menyadari orang Jepang belum tentu bahagia.

Di ceramah ini saya mempergunakan kata ‘peradaban’ . Kata ini berarti ‘kompleks terdiri dari kebudayaan atau pikiran, politik, ekonomi dan masyarakat’. Sifatnya dinamis dan membutuhkan banyak energi untuk memfungsikannya. Peradaban ini berkaitan dengan lapisan masyarakat, yang terdiri dari lapisan atas yang mengatur masyarakat dan lapisan bawah yang dikuasai, yaitu rakyat. Peradaban itu baru dilahirkan 5000 tahun yang lalu. Sebelumnya belum ada. Biasanya peradaban dianggap baik, tetapi belum tentu baik kalau kita mengamati peradaban itu secara obyektif. Saya mengusulkan kepada saudara- saudara supaya melihat peradaban secara relatif.

Orang Jepang bahagia atau tidak?

Kalau ditanya ‘apakah anda bahagia dibandingkan dengan setengah abad yang lalu?’, mesti kebanyakan orang Jepang akan menjawab ‘ya’. Tetapi kalau ditanya lagi secara teliti, jawabannya belum tentu ‘ya’. Karena apa? Ada yang menjawab karena “miskin sebab gajinya sedikit. Ada yang menjawab karena“terlalu sibuk sebab tugasnya terlalu banyak”. Ada yang menjawab karena ‘sangat kawatir pada masa depan’ sebab sudah lanjut usia . Ada yang menjawab karena sedih hati sebab tidak ada teman akrab. Keadaan begini mungkin tidak diamati oleh masyarakat Indonesia. Memang di antara orang Jepang jarang sekali yang dapat menikmati kehidupannya sendiri karena kebudayaan Jepang tidak mengijinkan menikmati hidupnya. Karena apa?

Kalau kita membandingkan Jepang dengan negara- negara yang lain, memang Jepang masih termasuk salah satu negara yang terkaya. Tetapi orang orang di negara itu belum tentu merasa bahagia. Mengapa demikian?

Enam puluh tujuh tahun yang lalu baik kota-kota besar seperti Tokyo, Osaka, Nagoya, Fukuoka, Yokohama, maupun kota- kota kecil seperti Shizuoka juga terkena bom dan hancur sama sekali. Akhirnya kota Hiroshima dan Nagasaki terkena bom atom. Lebih dari 200 ribu

(2)

orang di Hiroshima dan Nagasaki meninggal dunia. Jumlah korbannya yang meninggal dalam Perang Lautan Teduh terhitung lebih dari 3 juta orang. Banyak kota Jepang hancur. Korban hidup yang masih tersisa menderita kesusahan karena kelaparan dan kehilangan rumah. Mengapa Jepang berperang?

Karena Jepang miskin. Jepang kekurangan energi dari sumber alam, seperti minyak tanah karena memilih jalan untuk menjadi negara industri. Jepang berusaha membangun negara industri sejak 1868, waktu Jepang membuka negaranya terhadap pegaruh asing dari seluruh negara di dunia. Sebelumnya Jepang menutup negaranya sendiri dan menjadikan negaranya sebagai negara pertanian dan perikanan. Jepang masih negara yang tenteram. Jumlah penduduknya sekitar 30.000.000. Cuma seperempat saja dari jumlah penduduk sekarang. Saya kira jumlahnya cukup seimbang jika diperkirakan dari luas wilayahnya.

Pada akhir abad 19 Amerika, Inggris, Prancis dan Rusia mendekati Jepang dan menyuruh Jepang untuk berhubungan dengan negara lain. Waktu itu masyarakat Jepang sangat kacau. Ada yang mengharap membuka negara, tetapi ada juga yang menegaskan untuk terus menutup negara dari pengaruh asing. Yang menang pada saat itu adalah yang menginginkan untuk membuka negara. Berangkat dari hal tersebut Jepang berusaha untuk menjadi negara yang mandiri. Tetapi jalannya sangat susah karena banyak musuh yang kuat dan mau menyerbu Jepang kalau ada kesempatan.

Walaupun kesusahan yang diderita sangat hebat, Jepang mampu bertahan dan akhirnnya dapat menjadi negara seperti negara Eropah yang menelurkan hukum rimba. Jepang menang China dan Rusia. Setelah menang dalam kedua perang tersebut, Jepang terlibat dalam Perang Dunia Pertama, lalu menang lagi. Jepang dapat menjadi negara mandiri yang diakui oleh negara-negara kuat dari Eropah dan Amerika sebagai salah satu negara terkuat pada tahun 1920. Jepang mempelajari peradaban Eropah yang menganut hukum rimba yang mengagungkan ketamakan dan asyik mengorbangkan negara lemah untuk menjadi negara kuat. Akhirnya, Jepang menjadi salah satu negara kuat, tetapi semakin dicurigai negara-negara Eropah dan Amerika karena dianggap terus menambah kekuatannya. Namun, akhirnya Jepang kalah dalam Perang Dunia Kedua.

Sejak 1868 Jepang ingin menjadi negara berperadaban dengan semboyan yang disebut BUNMEI KAIKA atau perkembangan peradaban. Di sini saya ingin menekankan bahwa sifat peradaban ini mengorbankan negara lemah atau orang lemah. Seorang wartawan Amerika berani sekali mengkritik negara Eropah dan negara sendirinya. Dia mengungkapkan bahwa negara-negara Eropah termasuk Amerika mengajar Jepang supaya menjadi negara rakus dan keras seperti negara Eropah dan Amerika (Mears, H., Mirror for Americans: JAPAN). Saya sangat setuju dengan pemikirannya kalau kita melihat kembali sejarah Eropah sejak 1492, waktu ketika Colombus, Vasco da Gama dan Maggelan menyerbu seluruh dunia. Buku ini dilarang diterjemahkan kedalam bahasa Jepang oleh General D. MacArthur dari the Allied Forces karena buku ini mengkritik Amerika secara keras.

Jepang tidak Berubah

Setelah perang selusai, Jepang sekali lagi berusaha menjadi negara kuat sebagai negara industri. Akhirnya, menjadi negara yang dapat membuat barang-barang yang bermutu

(3)

tinggi yang laku sekali di pasar dunia. Memang, pekerja Jepang bekerja rajin setiap hari sampai jauh malam tanpa libur. Selain kerja, mereka tidak memperhatikan hal-hal lain, seperti bermain dan beristirahat, kecuali minum alkohol. Banyak pekerja tidak punya waktu untuk berkumpul dan menikmati kebersamaan mereka dengan keluarga. Banyak pekerja menyerahkan pendidikan anaknya kepada isterinya dan tidak mau bertanggung jawab atas urusan rumah tangga. Sering terdengar ada pekerja yang digugat cerai oleh isterinya waktu menjadi pensiunan karena dia terlalu asyik bekerja saja. Pada hari Minggu juga mereka bermain golf dengan relasi bisnis mereka sebagai dalih sebuah ‘tugas’. Wah, tugas, tugas, tugas, kerja, kerja, aduh! Isteri dan anak-anak mereka ditinggal di rumah. Kasihan! Perilaku seperti ini masih terlihat. Bagaimana pandangan saudara-saudara jika melihat perilaku mereka?

Memang banyak orang Jepang sibuk sekali karena pekerjaan mereka tidak habisnya. Mereka selalu merasa disibukkan oleh pekerjaan. Ada kata ‘workaholic’ yang berarti ‘tidak dapat berhenti kerja’. Kehidupan mereka hanya dikejar oleh pekerjaan. Kasihan, ya?

Kenapa orang Jepang bekerja terus? Saya kira kebudayaan atau kebiasaanlah yang menyuruh rakyat supaya menjadi negara kuat dan kaya karena orang Jepang takut akan kemiskinan. Saya kira orang Jepang tidak dapat melupakan kesusahan setelah habis Perang Dunia kedua. Karena traumanya sangat membekas dalam diri orang Jepang, maka mereka tetap belum merasa berkecukupan walaupun kehidupan mereka sudah lumayan. Kebanyakan orang masih terus ingin lebih dan lebih lagi. Dalam masyarakat seperti ini orang tidak pernah terbebas dari keinginannya. Saya kira keinginan manusia tidak terbatas dan keinginan akan terus bertambah. Nah, apakah kehidupan yang tidak tahu ‘cukup’ ini akan bahagia? Kata

‘cukup’ saya sering dengar di Indonesia, tetapi jarang terdengar di Jepang. Aneh!

Padahal kekalahan Jepang dalam perang dunia kedua tidak mengubah sifat negara ini. Karena Jepang itu negara miskin, maka selalu takut kekurangan sumber alam karena Jepang memilih menjadi negara industri. Bahan sumber alam sangat diperlukan untuk industri. Berbeda dengan negara pertanian yang memproduksi bahan makanan, seperti beras yang sangat utama bagi rakyat. Sangat berbeda juga dengan Indonesia yang mempunyai banyak sumber alam dan bahan makanannya.

Karena kekurangan materi sudah biasa, maka orang Jepang berkeyakinan bahwa banyak materi pasti menjamin mereka hagia. Kebanyakan orang Jepang belum menyadari bahwa banyak materi belum tentu menjamin kebahagiaan mereka. Untunglah semakin banyak orang sudah menyadari bahwa banyak materi dan banyak uang tidak menjadi jaminan mereka hidup bahagia. Tetapi belum diketahui bagaimana caranya untuk menjadi bahagia.

Mungikin bukan hanya orang Jepang saja, tetapi juga orang Eropah, orang Amerika dan orang negara-negara lain, seperti Indonesia juga belum dapat menyadarinya. Karena peradaban yang dikuasai kapitalisme mengikat erat jiwa manusia pada masa kini. Selama peradaban kita terikat sistem ekonomi ini kita tidak akan bebas dari kendali mereka.

Salah satu kesalahan yang diakibatkan pemerintah Jepang adalah kebijakan yang memperlemah pertanian. Banyak bahan makanan kecuali beras diimpor dari luar negeri. Misalnya, gandum diimpor dari Amerika dan Canada, jagung dari Amerika, kedelai dari Amerika dan Brasil. Bahwa banyak bahan makanan impor itu berbahaya sekali. Karena andaikata negara-negara yang memproduksi bahan bahan tersebut tidak dapat melakukan ekspor karena, umpamanya kekeringan dan sebagainya, pasti negara itu akan menghentikan

(4)

ekspornya. Sebetulnya di Jepang Ironis sekali, sawah yang dibiarkan tidak ditanam banyak sekali padahal sawah itu sebetulnya dapat digunakan.

Bahagia itu apa?

Kita harus mengutamakan keselamatan untuk merealisasikan kebahagiaan manusia. Orang-orang yang menderita kesengsaraan dalam perang seperti rakyat Syria sama sekali tidak bahagia. Maka, pada dasarnya orang Jepang dan orang Indonesia pada masa kini sedikit banyak betul-betul bahagia. Tetapi kita belum tentu bahagia karena kita masih merasa kekurangan. Kekurangan dalam hal apa? Kita harus mencari tahu.

Untuk mengetahui arti kebahagian kita harus melihat dari sudut pandang obyektif dan subyektif. Dari sudut pandang obyektif kita harus melihat keadaan fisik, yaitu lingkungan alam dan lingkungan masyarakat serta sandang dan pangan. Dalam hal ini kita dapat mengetahuinya secara obyektif. Caranya mudah. Dari sudut pandang subyektif kita harus melihat perasaan orang. Dalam kaitannya dengan ini, tidak begitu mudah untuk mengetahuinya karena perasaan orang berbeda-beda. Ada yang mudah puas, sementara ada yang tidak mudah puas, walaupun pada hakikatnya manusia itu sama.

Kenyatan bahwa hakikat manusia itu sama tetapi berbeda perasaannya itu merupakan sebuah kontradiksi. Tetapi ini kenyataan. Kalau begitu saya mau menanyakan mengapa timbul kontradiksi tersebut? Saya kira perbedaan antara perasaan manusia timbul dari keinginan masing-masing. Setiap orang hidup sendiri-sendiri. Perbedaan di antaranya perlu supaya dapat melanjutkan kehidupannya. Andaikata tiap orang di dalam sebuah kelompok berlaku sama, dipastikan bahwa mereka akan menghadapi kesulitan secara bersama. Kebebasan secara mandiri perlu sekali. Tetapi kebebasan tersebut harus dibatasi. Artinya jangan sampai saling merusak atau bunuh-membunuh. Kita harus ikut mengikuti aturan alam, sebagaimana yang terlihat pada binatang-binatang yang sama sekali tidak saling bunuh. Andaikata mereka saling bunuh, mereka akan musnah. Memang ada sejenis binatang yang membunuh dan memakan binatang lain. Itu fenomena yang mengikuti aturan alam. Bahwa binatang makan binatang lain disebut rangkaian hidup atau chain of life. Fenomena ini sama dengan semacam binatang pemakan rumput. Pemakan tumbuh- tumbuhan tidak dapat makan binatang.

Kalau kita lihat dari sudut pandang ini, kita mengetahui bahwa manusia itu merupakan pengecualian. Hanya, manusia saja saling membunuh. Mahluk ini aneh sekali. Dia tidak mengikuti aturan alam. Aduh!

Mengapa manusia saling menbunuh? Saya kira karena manusia dapat merasa kekawatiran dan dapat berpikir bagaimana caranya menghindari bahaya. Sering disebut bahwa manusia itu binatang yang menjadi raja dari semua mahluk atau the lord of all creation karena dia berbakat teristimewa. Tetapi kalau kita melihat manusia dari sudut pandang ini, dia binatang sangat bodoh. Kata ‘raja dari semua mahluk’ itu cuma prasangka mausia yang mengutamakan dirinya sendiri dari pada makhluk lain.

Untung sekali kita mendapat satu nasihat dari Indonesia. Nasihatnya dikenal sebagai nemsa yaitu ‘seenaknya, sebutuhnya, seperlunya, secukupnya, semestinya dan sebenarnya’. Nasihat ini berjalan bersama ‘aturan alam’ yang dikemukakan oleh seorang filsuf Indonesia yang bernama Ki Ageng Suryomentaram, boleh dikatakan sangat berharga bagi masyarakat

(5)

sedunia yang sedang kacau karena kapitalisme (Ki Agengsuryomentaram 1985: 15, 2002:18, Someya 2001) .

Saya yakin semestinya orang dan masyarakat akan menjadi tenteram atau selamat andaikata mereka menyadari filosofi ini. Kita harus mencari jalan keselamatan. Supaya kita selamat, kita harus menyadari bahwa cukup itu apa. Kekurangan sekali itu tidak baik. Tetapi kelebihan juga kurang baik, seperti juga diungkapkan Confucias. Sekiranya manusia pada abad 21 ini diibaratkan anak yang prematur, yang masih kekurangan pengalaman susah untuk jadi dewasa.

Manusia ialah makhluk yang berkeinginan semakin tidak pernah puas

Jepang merupakan negara satu-satunya yang pernah mengalami kesengsaraan akibat bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, yang tidak dapat dilupakan. Maka, semua orang Jepang khawatir akan kekuatan atomnya. Tetapi sudah limapuluh empat buah reaktor nuklir ada di Jepang. Di antaranya termasuk empat di pabrik Fukushima no.1 yang hancur karena terkena gempa bumi dan tsunami terbesar setahun setengah yang lalu. Penduduk di sekitarnya disuruh pindah ke tempat jauh supaya menghindari pengaruh radiasi nuklir. Ada penghuni yang pindah ke Okinawa yang jauh sekali dari Fukushima karena di situ tidak ada reaktor nuklirnya.

Kenapa ada banyak Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir/PLTN di Jepang padahal banyak orang khawatir akan atom? Karena banyak orang menginginkan kehidupan yang mewah. Mereka tidak puas dengan kehidupan yang sederhana. Manusia itu berkecendrungan mencari kemewahan, tidak puas dengan kehidupan sederhana yang sebetulnya sudah cukup. Orang dalam masyarakat kapitalisme yang bersifat liberal berkecenderungan selalu membandingkan dirinya sendiri dengan tetangganya dan mencari kemewahan untuk dirinya sendiri. Kalau ada tetangga yang mempunyai mobil yang lebih bagus dari mobil kepunyaannya, orang itu akan mencari mobil yang lebih bagus lagi. Di antara negara negara juga sama. Orang Jepang pada waktu masih miskin, setelah perang dunia II sangat iri hati kepada orang Amerika yang hidup dalam kemewahan. Memang tiap keluarga orang Amerika mempunyai mobil sendiri dan rumah bagus. Orang Jepang bermimpi kehidupan mereka seperti orang Amerika. Akhirnya mimpi terwujud.

Orang-orang di negara lain juga sekarang terus bermimpi. Saya sangat khawatir dengan pertambahan mobil. Andaikata orang-orang sedunia dapat mempunyai mobil sendiri- sendiri, pasti dunia ini akan penuh dengan mobil. Apakah bensinnya cukup? Untung sekali sudah terlihat gejala bahwa sekarang di Jepang terutama di Tokyo semakin banyak pemuda tidak berminat pada mobil . Mereka tidak ingin mempunyai mobil.

Pada umumnya kalau kita melihat orang-orang di dunia, kita akan mengetahui bahwa semakin banyak orang berkeinginan untuk hidup mewah. Maka persaingan antara negara dengan negara semakin hebat dan saya khawatir persaingan tersebut akan mengakibatkan perang. Seandainya kita dapat menghindari perang, tetapi kita merusak dan menghabiskan sumber alam, di masa depan anak cucu kita nanti akan kekurangan materi dan bahan makanan. Kasihan! Nanti anak cucu kita akan marah kepada kita,yaitu nenek moyang mereka. Apakah keluh kesah mereka sudah terdengar? Apakah kita dapat menahan kesusahan mereka? Perlakuan kita yang jelek memberi akibat yang jelek pada anak cucu kita, sebagai balasan karmavibhangga atau cakramanggilingan yang berarti ‘sebab yang baik akibatnya baik sebab yang jelek akibatnya jelek’.

(6)

Apakah saudara-saudara mengetahui filsafat karmavibhangga yang digambarkan di kaki Borobudur?

Kaki Borobudur sekarang tidak dapat kita lihat karena kakinya tertutup dengan batu tebal dan besar. Waktu bagian kakinya dilukis, kaki tersebut mulai runtuh karena bagian atasnya terlalu berat. Maka kakinya tertutup. Sayang sekali 160 gambarnya tidak dapat dilihat. Tetapi gambarnya pernah dipotret sekitar 140 tahun yang lalu. Untung sekali kita dapat melihat gambarnya di buku yang berjudul “Rahasia Kaki Borobudur the Hidden Foot of Borobudur” yang diterbitkan Katalis, Jakarta.

Gambarnya macam-macam. Di antaranya ada gambar yang melukiskan perbuatan dosa, seperti membunuh ikan, binatang dan manusia, perbuatan baik seperti persembahan baik makanan, pakaian, maupun ajaran. Di antaranya ada yang melukiskan surga dan neraka. Ada yang melukiskan kehidupan orang kaya yang hampir sama dengan lukisan surga. Waktu saya melihat gambarnya saya merasa seolah-olah melihat orang-orang di desa Jawa pada masa kini. Gambarnya bisa dianggap sebagai materi etnografi dari jaman Syailendra sekitar 1200 tahun yang lalu.

Saya kira pelukis gambar itu bermaksud menyarangkan pada kita tentang karmavibhangga yang berasal dari agama Mahayana Buddism. Mahayana Budhism yang berdasarkan Borobudur itu jelas sekali berkaitan dengan Mahayana Budhism di Jepang yang dibawa dari China oleh Kukai atau Kobo-daishi sekitar 1200 tahun yang lalu. Semasa jaman Candi Borobudur.

Kita harus menyadari adanya kecukupan. Kita tidak boleh berada baik di dalam keadaan kekurangan maupun di dalam keadaan berkelebihan. Kita harus menyadari sisi baik dan sisi kurang baik yang diakibatkan peradaban. kita harus memperhatikan sisi kurang baik dari peradaban yang berkecendrungan memperbersarkan keinginan atau nafsu kita.

参照

関連したドキュメント

The study of Yang-Mills-Higgs equations within the framework of the geomet- rical structure of ˜ S (2) (M )-bundle that contains the one-dimensional fibre as an internal deformed

The fact that the entwining maps which were presented in this Section preserve two invariants in separated variables, enable us to introduce appropriate potentials (as shown in [44,

The Goal of Hodge theaters: Roughly speaking, Hodge theater (at least, the ´ etale part) is a virtual “GMS” for an arbitrary elliptic curve over a number field which manages.. Θ

Indeed, general infinite-dimensional R-matrices are given by integral operators, but their reduction to a finite-dimensional invariant subspace in one of the tensor product

Theorem 2 If F is a compact oriented surface with boundary then the Yang- Mills measure of a skein corresponding to a blackboard framed colored link can be computed using formula

Conversely, however, not every entropic deformation gives rise to a Yang-Baxter operator: being entropic suffices in the infinitesimal case, but in general higher- order terms

Taking the opportunity of leadership training, we set three project goals: (1) students learn about Japan beyond the realm of textbooks, (2) teachers and students work in

”, The Japan Chronicle, Sept.